Yap,
tepatnya tanggal 7 desember 2013 kelas Akademi Berbagi atau singkatnya akber
membuka kelas lagi yakni kelas Digital Music Distribution yang pematerinya kak
kece Widi Asmoro. Mendengar bahwa akber akan membuka kelas keren ini makanya
saya begitu bersemangat untuk mengikutinya. Saking semangatnya saya banyak
melewati berbagai halangan dan rintangan seperti menapaki jalan raya
berkendarakan kuda merahku *lebay. Eits tidak ketinggalan dan harus dicatat
bahwa hambatan yang paling waw adalah melewati derasnya hujan dengan
menggunakan jas hujan yang gak banget serta macet yang minta ampun panjangnya.
Baik,
kita masuk pada materi Digital Music Distribution yang kece. Pertanyaan pertama
yang keluar dari kanda pemateri adalah apakah musisi masih dapat hidup di era
transisi dan kemajuan teknologi digital saat ini?
Jawabannya
sih sebenarnya mudah saja. Tentu saja bisa dong. Dapat kita lihat pada
kehidupan sehari-hari kita bahwa kita tidak dapat meninggalkan kegiatan utama
kita yakni mendengarkan salah satu karya musisi yakni music. Kpaan sih kita
melewatkan kegiatan yang satu ini? Gak pernah kan?
Nah,
masalah utamanya adalah kondisilah yang memudahkan setiap orang mendapatkan
lagu itu. Bisa melalui gadget/ smartphone mereka dengan mendownloadnya secara “gretong”
alias gratis. Para penikmat music akan berpikir kenapa harus membeli kalau ada
yang gratis. Ya, biasalah orang mana sih yang gak suka gratis. Lalu darimana
dong musisi mendapatkan penghasilan kalau begitu?
Pada
zaman dahulu kala *lebay lagi, para musisi menjual karya mereka dalam bentuk
kepingan CD dan kaset *tau kan? Jangan bilang gak! Dih..
Nah,
seiring dengan perkembangan teknologi berubahlah bentuk-bentuk kepingan CD dan
kaset yang astral itu menjadi sesuatu yang bisa didapatkan melalui media yang free
seperti mendownload lagu/ karya lainnya yang dicari secara gratis di youtube,
itunes, dsb. Banyak dari para musisi tersebut menggunakan youtube, itunes, dll,
sebagai media untuk memperkenalkan/ mempromosikan karya mereka. Dan alhasil
banyak juga dari mereka yang berhasil mencapai kepopuleran seperti sinta jojo
dengan lagu keong racun mereka, Gamaliel-Audrey-Cantika (GAC) dengan lagu-lagu
cover mereka, bhakan yang paling ngetren sekarang yakni artis yang
dimirip-miripkan dengan saya yakni Raisa Andriana. Mereka semua awalnya hanya
mendemonstrasikan karyanya dan hasilnya manjadi artis terkenal tanpa lama-lama
melalui perusahaan rekaman terlebih dahulu seperti Sony Music, Warner,Naga Swara
ataupun Trinity Production.
Para
penguploader harus pintar untuk menarik minat orang untuk membuka halaman
mereka dengan membuat judul yang fantastiskah atau pembuatannya yang lain
daripada yang lain.
Bahkan
ide yang sederhana seperti membuat telur goring pun bisa mendapatkan viewer
yang banyak jika pembuatnya kreatif membuatnya terkesan unik dan lain. Nah,
untuk itulah kita jangan ragu untuk mencoba cara ini untuk mendemokan keahlian
kita dalam hal tertentu. Inilah guna media-media tersebut untuk menjadi
penengah dalam mempopulerkan karya kita ke khalayak ramai. Perusahaan-perusahaan
yang dapat mempromosikan karya kalian di Makassar yang diketahui baru Madama
Radio saja. Tetapi perusahaan rekaman yang sebenarnya yang dapat menghandle karya kalian itu adalah seperti
Sony Music, Warner, Trinity dll. Itu lebih efektif karena mereka memiliki
jaringan yang luas.
Selanjutnya
ada yang namanya Digital Music Aggregator. Nah, apa yang dimaksud dengan Digital
Music Aggregator, itu adalah penengah bisa berupa label music atau bukan yang
melaporkan penjualan/ distribusi dari si pembuat karya ke penikmat music. Aggregator
tidak mempunyai kualiti control yang penting karya kalian layak dipromosikan
dan tidak memiliki unsur sara, aggregator sudah dapat menjadi penengah dalam
mendemokan karya kalian ke orang-orang.
Intinya
music atau karya kalian selalu ada marketnya. Itu bisa dalam bentuk apa saja. Bhakan
bisa juga dalam bentuk Bluetooth. Ada
jga yang namanya Near Field Communication
(NFC )nah, NFC itu berbentuk sticker yang dapat kalian tempelkan di handphone
atau laptop kalian. Manfaatkanlah internet atau apa saja yang dapat kalian
jangkau sebagai Digital Music Distribution kalian!
Katanya
sih jalur mengenalkan diri kalian ke produser rekaman untuk bisa menjadi artis/
terkenal sudah gak ampuh atau gak jaman lagi. Kan, sudah ada internet yang bisa
mengakses apapun dengan cepat dan gratis tentunya.
Phonograph,
juke box, rekaman mneggunakan stereo dan long play, kaset tape lalu ke CD,
selanjutnya yang sedang maraknya sekarang yakni situs mp3, dan akhirnya ke
smartphone dan gadget kita saat ini. Semua itu awalnya ditemukan oleh Thomas
Edison yang mulainya menemukan Phonograph yang kayak pemutar lagu yang ada di
filmnya Insidious, yang dipake iblisnya sih. Ketahuan jadulnya kan?
Nah,
akhirnya penutup dari kak Widi Asmoro bahwa diprediksikan penjualan music digital
akan lebih besar daripada CD dalam beberapa tahuan yang akan datang nanti.